Banner 468 X 60

Minggu, 21 November 2010

Lottery Ticket Movie Review

Download Skyline Felirat Spoiler Ending, Lottery Ticket is a very likeable movie starring rapper, singer and now actor Bow Wow. This could be the movie that transforms him into the next teenage matinee idol. People who play Powerball and Lotto should watch this movie for tips on what NOT to do if they ever win the big prize!

Bow Wow plays Kevin Carson, a nice kid with a big imagination who lives in the projects with his grandmother (played by Loretta Devine). When Kevin is not spending time hanging out with his best friends Benny (played by Brandon T. Jackson) and Stacie (Naturi Naughton), he works at the local Foot Locker. Kevin dreams of one day of running his own shoe design company, but is constantly derided by people who tell him he will never get out of the projects.

The Powerball lottery has just come to town, causing quite a lot of excitement as people in the neighborhood spend their money trying to get rich. Kevin tells anyone who will listen that the lottery is just a racket designed to keep poor people poor. But soon he too gets caught up in the fever, and he eventually purchases a ticket using the numbers given to him in a fortune cookie.

As luck would have it, Kevin’s ticket ends up being the winner of the $370 million Powerball jackpot. But since it’s the beginning 4th of July weekend the lottery office is closed for 3 days. Now most people in that situation might hold up in a motel or their own bedroom for 3 days until the lottery office reopens … but after accidently letting it slip that he won the millions, Kevin folds the ticket into his wallet in his back pocket and spends 3 days walking around the projects.

The rest of the movie deals with Kevin trying to hold onto his ticket as everyone comes out of the woodwork to get a piece of the prize.

Comedian Mike Epps has a short but memorable cameo as the Baptist minister who after learning of the winning ticket tries to get his hands on some of the money. He is faithful to his flock but can’t help thinking about his possible future with that kind of cash. Epps is very funny and it makes you wish he had a larger role.

Loretta Devine is perfect as Kevin’s grandmother who always has a “Praise-Jesus” ready to recite. She is proud of how Kevin is growing up and is concerned about what all that money could do to him.

A couple of old-time gangsters (played by Keith David and Terry Crews) front Kevin a “bridge-loan” on his winnings and become a real problem.

Teairra Mari plays a local gold-digging temptress who tries using sex to latch onto Kevin’s millions. A real hottie, she tries to get Kevin to impregnate her, but he’s smart enough to say no.

But Kevin’s most dangerous neighbor turns out to be hardcore criminal Lorenzo (played by Gbenga Akinnagbe). Lorenzo already dislikes Kevin because Kevin refused to give him free shoes from Foot Locker. So when Lorenzo learns that Kevin is walking around with $370 million in his pocket he decides that he will stop at nothing … including killing … to get that money.

By far funniest character with the best lines has to be Kevin’s best friend Benny. He is always trying to come up with the “big ideas”, and when he sees that Kevin is being harassed by everyone he passes on the street he comes up with an absurd but very funny plot to escape the town using an old Underground Railroad map from his high school history book. Fantastic.

Lottery Ticket is a very cute movie with some amusing and thoughtful commentary about sexual responsibility and the need to be charitable to your community, Blogger Garsel.
Read more..

Sabtu, 20 November 2010

Energy Savings with Cool Metal Roofing

El Triunfo Del Amor Capitulo 22, More and more, homeowners are seeking out energy-saving building materials for their renovations and new homes, products that not only secure and improve structures but also provide long-term cost-cutting on energy bills while promoting environmental and economic sustainability in the greater community. Among the array of possible upgrades, “cool metal roofing” easily answers this consumer demand offering a solid, attractive roofing solution available in multiple colors, textures, and profiles, for steep-slope and low-slope applications, that can save your household up to 40% of its annual energy costs, depending on your geographical region. The Benefits of Energy Efficient Metal Roofing

News Today, As reported by the Cool Metal Roofing Coalition and the Oak Ridge National Laboratory, installation of reflective metal roofing can save your home up to 40% in summer cooling energy costs while highly emissive metal roofs can reduce urban air temperatures by as much as 12 ° F. Combined, these benefits mean less money out of your wallet, less dependence on energy resources and less general air pollution in your neighborhood and across the nation.

The secret to metal roofing is energy savings is in its variety of finishes. As shown above, the basic, unpainted metal roof will reflect much of the solar radiation usually absorbed in your attic and home by an asphalt roof. But, for homes in warmer climates, pre-painted or granular coated metal roofing systems not only reflect solar energy but also cool your home by re-emitting most of what solar radiation is absorbed. Where annual cooling loads dominate, a highly reflective and highly emissive painted or granular-coated metal roof is optimal for reducing energy consumption and can actually re-emit up to 90% of absorbed solar radiation.

Additionally, most metal roofing, including standing seam, is composed of recycled material and can be installed directly onto an existing asphalt roof, reducing landfill waste and promoting quick installation as well as decades of environmentally-sound, maintenance-free strength and beauty.

Elite Roofing & Home Improvements, LLC provides detailed information about shingles, cedar shingles, fiberglass shingles and more. Elite Roofing & Home Improvements, LLC is affiliated with the National Roofing Contractors Association
Read more..

Sabtu, 12 Juni 2010

Keluarga Sederhana

Hari ini saya ngerasain hal yang sangat berbeda, yang ga pernah saya rasain sebelumnya dari keluarga sederhana saya. Ternyata eh ternyata mereka sudah merencanakan hal ini sebelumnya. waktu itu mereka mau ngejailin saya, dengan menuduh saya hal yang ngga-ngga. saya di tuduh ngambil uang dari dompet kaka perempuan. kenapa cuma saya saja yang di tuduh ??? karena waktu itu, yang ada di rumah cuma saya sendiri. padahal kondisi sepi kaya gitu bukan hal biasa terjadi. sudah jadi kebiasaan tiap hari. cuma yang ga biasanya, saya di jailin. aduh. . . aneh sangat tuh saya punya kaka hhe. padahal saya ga ulang tahun ! aduhh. . . tapi thx dah mau ngejailin saya tampa sebab ! ya semoga saja hal itu bisa menambah keharmonisan keluarga sederhana kita hhe amin.................
Read more..

Minggu, 06 Juni 2010

SUKU SUNDA

Fakta Sejarah Asal Usul Orang (Suku) Sunda Adalah Suku Pendatang

Banyak pakar yang menyatakan bahwa orang Sunda khususnya dan Indonesia umumnya adalah para pendatang dari daerah Yunan. benarkah itu ? (Ada sebuah fakta yang dapat dianggap dongeng tapi perlu kita cermati dengan seksama).

Di daratan Asia, kira-kira antara Pegunungan Hindukusj dan Pegunungan Himalaya ada sebuah dataran tinggi (plateau) yang bernama Iran-venj, penduduknya disebut bangsa Aria. Mereka menganggap bahwa tanah airnya disebut sebagai Taman Surga, karena kedekatannya dengan alam gaib. Namun, mereka mendapat wangsit dalam Uganya, bahwa suatu ketika bangsa Iran Venj akan hancur, sehingga bangsa Aria ini menyebar ke berbagai daerah. Salah satu gerombolan bangsa Aria yang dikepalai oleh warga Achaemenide menyebut dirinya sebagai bangsa Parsa dan pada akhirnya disebut bangsa Persi dan membangun kota Persi-Polis. Pemimpin Achaemenide bergelar Kurush (orang Yunani menyebut Cyrus).

Dalam perjalanan sejarahnya, mereka membantu bangsa Media yang diserang oleh bangsa Darius. Bahkan bangsa Darius dengan pimpinan Alexander Macedonia pun pada akhirnya menyerang Persi. Dan tak lepas dari itu bangsa Persi, pada jaman Islam pun diserang dan ditaklukkan. Begitu pula oleh Jengis Khan dari Mongol, dan pada akhirnya diserang pula oleh bangsa Tartar yang dikepalai oleh Timur-Leng. Rentang perjalanan sejarah bangsa Persi ini, menyadarkan mereka untuk kembali kepada nama asalnya, yaitu Iran (dari Iran-Venj).

Segerombolan suku bangsa Aria yang menuju arah Selatan, sampailah di tanah Sunda, tepatnya di Pelabuhanratu (sekarang). Para pendatang itu disambut dengan ramah dan terjadi akulturasi budaya di antara mereka, pendatang dan pribumi (Sunda) saling menghormati satu sama lainnya. Proses akulturasi budaya ini dapat kita lihat dalam sistem religi yang diterapkan, Pendatang mengalah dengan keadaan dan situasi serta tatanan yang ada. Batara Tunggal atau Hyang Batara sebagai pusat ‘sesembahan’ orang Sunda tetap menempati tempat yang paling tinggi, sedangkan dewa-dewa yang menjadi ‘sesembahan’ pendatang ditempatkan di bawahnya. Hal itu dapat dilihat dalam stratifikasi sistem ‘sesembahan’ yang ada di daerah Baduy, dikatakan bahwa Batara Tunggal atau Sang Rama mempunyai tujuh putra keresa, lima dewa di antaranya adalah Hindu, yaitu : Batara Guru di Jampang, Batara Iswara (Siwa), Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Kala, Batara Mahadewa (pada akhirnya menjadi Guriang Sakti serta menjelma jadi Sang Manarah atau Ciung Manara), Batara Patanjala (yang dianggap cikal bakal Sunda Baduy). Akulturasi ini, tidak saja dalam lingkup budaya, melainkan dalam perkawinan.

Nun jauh di sana, di Fasifik sana, Bangsa Mauri dilihat secara tipologinya, mereka berkulit kuning (sawo matang), Postur tubuh hampir sama dengan orang Sunda. Nama-nama atau istilah-istilah yang dipergunakan, seperti Dr. Winata (kurang lebih tahun 60-an menjadi kepala Musium di Auckland). Nama ini tidak dibaca Winetou atau winoto tapi Winata . Beliaulah yang memberikan Asumsi dan teori bahwa orang Mauri berasal dari Pelabuhanratu. Hal yang lebih aneh lagi adalah di Selandia Baru tidak terdapat binatang buas, apalagi dengan harimau ‘maung’, tapi ‘sima’ maung dipergunakan sebagai lambang agar musuh-musuh mereka merasa takut.

Memang tidak banyak yang menerangkan bahwa orangIndonesia (Sunda) yang datang ke pulau ini, kecuali tersirat dalam Encyclopedia Americana Vol 22 Hal 335. Bangsa kita selain membawa suatu tatanan ‘tata – subita’ yang lebih tinggi, kebiasaan gotong royong, teknik menenun, juga membawa budaya tulis menulis yang kemudian menjadi “Kohao Rongo-rongo” fungsinya sebagai ‘mnemo-teknik’ (jembatan keledai) untuk mengingat agar tidak ada bait yang terlewat.

Benarkah Parahiangan sebagai Pusat Dunia yang Hilang (Atlantis) ?

Untuk memudahkan menjawab pertanyaan di atas, mari kita buktikan dengan benda-benda hasil karya mereka. Salah satunya adalah Trappenpyramide, yaitu limas bertangga).

Di Jawa Barat (Tatar Sunda), Limas bertangga ini dahulu berfungsi sebagai tempat peribadatan begitu pula bagi orang Pangawinan (Baduy) dan bagi orang Karawang yang masih memegang teguh dalam adat tatali karuhun tidak boleh membangun rumah suhunan lilimasan. Bagi orang Jawa Tengah, menurut Dr. H.J De Graaf ‘hunnebedden’ dengan adanya candi-candi Hindu yang sudah sangat kental percampurannya, sehingga tidak lagi terlihat jati diri Jawa Tengahnya. Sedangkan candi-candi di Jawa Timur bentuk-bentuknya masih kentara keasliannya, karena tempelan budaya luar hanya sebagai aksesoris saja. Yang lebih jelas lagi di Bali, karena keasliannya sangat kentara.

Kembali ke daerah Polynesia, bangunan-bangunan purba ‘trappenpyramide’ tersebar di pulau Paska hingga ke Amerika Selatan yaitu di Peru. Apa ada hubungannya dengan Sunda ?

Salah satu ekspedisi Kontiki – Dr. Heyerdahl, membuktikan dan memunculkan teorinya bahwa hal tersebut di atas merupakan hasil kebudayaan dari manusia putih berkulit merah (sawo matang). Walaupun teori ini banyak dibantah para ahli lainnya, namun dapat kita tarik satu asumsi bahwa manusia putih berkulit merah ini adalah manusia Atlantis yang hilang oleh daya magi.

Pembuktian ekspedisi Kontiki – Dr. Heyerdahl sekarang lebih terungkap itu ada benarnya. Sehingga bila melihat sejarah bahwa keturunan dari Tatar Sunda menyebrang hingga ke Polynesia itu adalah orang-orang Atlantis — yang memang karuhun kita selalu menyembunyikan dalam bentuk simbol — ekspansi kebudayaan dari Tatar Sunda ke daerah Polynesia, yaitu dengan adanya rombongan dari Palabuhanratu, dapat dibuktikan kebenaran-nya.!

Seperti uraian benarkah orang Sunda pendatang atau benarkah Parahiangan pusat Atlantis ? Di sini, silahkan sidang pembaca untuk menilai lebih jeli kebenaran yang ada, karena benar adalah benar ia harus absolut tidak relatif.

Read more..

Sabtu, 05 Juni 2010

Speaker TOA


Blogger Garut Selatan-Leres Ambu, budaya nu ayeuna hasil proses tibaheula keneh, lir ibarat
numpukeun bata beureum, nu beuki lila, beuki luhur. Teu aya budaya nu
langsung “bleg-jleg”, sakali jadi. Kabeneran kuring keur maca kumpulan
carpon Akhmad Bakri (pangarang Sunda kawentar) nu salah sahiji carponna
nyaritakeun suasana malem lebaran dijaman baheula di hiji Kampung di Ciamis
(Rancah?)”, kieu cenah:

“Barudak bujang maturan kolot di tengah masjid, TAKBIRAN DITABEUHAN KU
TEREBANG, Luluguna Ki Mukasan, biwirna ngajendol sisig. Nu nerebang kawas
bari narundutan, awak lenjong ngenca-ngatuhu nuturkeun lagu. Beda jeung nu
nabeuh dogdog, jaringas pisan eta mah. Dogdog dihompet ku suku kenca,
leungeun pakupis duanana, awakna reureundeukan kawas nu ngigel” [ Tina
carita pondok "Lebaran Poe Jumaah" karangan Ahmad Bakri].

Heuheu …. keur ayeuna mah, rada aneh aya takbiran ditabeuhan terebang,
dijero masjid deuih. Tapi ieu nunjukkeun alkuturasi budaya, terebang
(rebana) nu asalna ti Timur Tengah nu “asup” ka lembur urang bareng jeung
asupna Islam, “dimodifikasi” supaya jadi tatabeuhan nu saluyu jeung ceuli
urang Sunda, tapi teu kaleungitan identitasna, nyaeta aya hubunganana jeung
soal Islam. Tanggtu wae aya proses tina rebana “Sora Arab” jadi terebang nu
ngeunah kadengena ku urang sunda. Prosesna sigana henteu sakeudeung, tapi
lila pisan, ratusan taun. Lamun diibaratkeun mah, urang teh “ngiuhan” dina
wangunan “budaya” nu dijieun ti baheula keneh jeung tepi ka ayeuna terus
tumuwuh. “Wangunan” nu saluyu jeung lingkungan kahirupan urang Sunda.

Jaman robah, ku kamajuan teknologi, Tanah Arab nu tadina “jauh”, jadi
“deukeut”. Akibatna “Nu Asli” beuki loba nu nyaho. Mucunghul aya gerakan
“pemurnian”: nu euweuh dina aslina, kudu dipupus dileungitkeun. “Wangunan
budaya” nu dijieun ti baheula keneh ku para karuhun, rek diruntagkeun. Arek
diganti ku “wangunan anyar” anu acan tanggtu cocog jeung urang Sunda.

Sora terebang (gembyung) nu halimpu jeung bedug di masjid dileungitkeun
sabab cenah euweuh tidituna. Tapi sora jalma nu adzan atawa nu takbiran moal
satarik sora terebang atawa sora bedug, kabeneran aya produk budaya barat/
jepang, Speaker TOA!. Speaker nu dijieun sabenerna lain ditujukeun keur
sora-sora nu halimpu (saperti musik atawa nu nyanyi), tapi keur nyorakeun
hal-hal nu penting pisan, saperti kaayaan darurat!. Teu aya “seni” atawa
“estika” dina sora speaker TOA , teu aya sora “damai”, nu aya sora
“intruksi” anu garing jeung heuras ……

Meureun ieu salah sahiji contona “wangunan budaya Sunda” nu arek runtag.
Urang Sunda arek nuju ka “budaya sora speaker TOA” : garing, teu boga rasa
seni jeung estetika ditambahan jeung sora heuras, maksa batur …..

Read more..

Buku Tamu

SPONSOR 2010

Followers